Jumat, 11 Juni 2010


MOTIVASI untuk KITA....
Beberapa pekerja penggali tambang. Setiap hari mereka bekerja dalam goa / tambang. Karena tambang itu kaya mineral alam, maka sudah beberapa tahun mereka tak pernah pindah tempat kerja. Jadi bisa dibayangkan bahwa semakin digali tambang tersebut semakin dalam. Hari itu mereka berada di dasar terdalam dari tambang itu.

namun dengan tiba-tiba semua saluran arus listrik dalam tambang itu putus. Lampu-lampu semuanya padam. Gelap gulita meliputi dasar tambang itu, dan dalam sekejap terjadilah hirup pikuk di sana. Setiap orang berusaha menyelamatkan diri sendiri. Namun mereka sungguh kehilangan arah. Setiap gerakan mereka pasti berakhir dengan benturan dan tabrakan, entah menabrak sesama pekerja atau menabrak dinding tambang. Situasi bertambah buruk disebabkan oleh udara yang semakin panas karena ketiadaan AC.

Dalam kepekatan dan tanpa adanya lampu maupun lentera , mereka semua duduk lesu tanpa
harapan. Salah satu di antara mereka berbicara: ‘Sebaiknya saat kita duduk dengan tenang dari padamondar mandir mencari jalan ke luar. Duduklah
secara tenang dan berusahalah untuk merasakan hembusan angin. Karena
angin hanya bisa berhembus masuk melalui pintu tambang ini.’

Mereka lalu duduk dalam hening. Saat pertama mereka tak dapat merasakan hembusan angin. Namun perlahan-lahan mereka menjadi semakin peka akan hembusan angin sepoi yang masuk melalui pintu tambang. Dengan mengikuti arah datangnya angin itu, mereka akhirnya dengan selamat keluar dari dasar tambang yang dicekam gelap gulita itu.

makna yang terkandung dalam cerita motivasi ini :

1.Saat kita sedang emosi dan ketakutan maka kita tak akan pernah melihat jalan keluar yang tepat.
2. Dengan ketenangan dan mengesampingkan emosi dan ketakutan maka semua permasalahan akan cepat selesai.

Senin, 19 April 2010

Sumber: www.bentara-online.com. Ket foto: Panorama pantai desa nelayan Lamalera, Kecamatan Wulandoni, Lembata, NTT. Foto: Dok. Ansel Deri
Posted by Ansel Deri, jurnalis dan penulis lepas at
Lembata Jantung Baru Pariwisata

Lembata, salah satu Kabupaten dari 20 kabupaten/kota di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur, memiliki apa yang pantas dimiliki sebuah kawasan pariwisata. Keunikan budaya lokal, ada. Pesona alam, jangan dikata. Bahkan, Lembata mampu menyatukan kekuatan budaya dan keindahan alam secara sempurna.

Kesempurnaan itu tercermin pada tradisi menangkap ikan paus. Di satu sisi, tradisi tersebut dilakukan berdasarkan perintah adat. Dalam sisi ini, tradisi menangkap ikan paus bisa disebut sebagai produk budaya.

Penangkapan Ikan Paus juga bersentuhan dengan pesona perairan. Itu karena tradisi di Desa Lamalera tersebut sebagian besar berlangsung di lautan Lembata. Lewat tradisi inilah, Lembata berkesempatan untuk habis-habisan mengekspos pesona lautan.

“Kesan wisatawan tentang Lembata adalah ketenangan lautnya. Laut Lembata bisa menenangkan wisatawan yang tidur di atas perahu, seperti tidur di kamar hotel. Itu kelebihan kami,” ujar Bupati Lembata Drs. Andreas Duli Manuk.

Jadi, singkatnya, tradisi menangkap Ikan Paus mampu menggabungkan kekuatan budaya dan pesona alam. Ini, barangkali, hanya ada di Lembata. Ada pula tradisi pesta kacang di Kecamatan Ile Ape.

Sama, tradisi ini juga menyatukan kekuatan budaya dan pesona alam. Wisatawan bisa mengikuti prosesi pesta tradisional, sekaligus menikmati keindahan Gunung Ile Ape.

Tradisi penangkapan ikan paus dan pesta kacang hanyalah sebagian alasan untuk membenarkan bahwa Lembata adalah jantung baru pariwisata.

Masih banyak contoh-contoh serupa yang terlalu panjang untuk disebut. Yang menarik, penyatuan kekuatan budaya dan pesona alam, kata Duli Manuk, terjadi secara berimbang.

Sebelum lupa, sebagai produk budaya, tradisi penangkapan ikan paus serta pesta kacang di Ile Ape, juga dilengkapi tarian serta nyanyian tradisional. Sebelum berangkat ke laut, seorang lamafa (penikam ikan paus) dan para awak perahu mendapat sajian tarian menikam ikan.

Sedangkan, khusus untuk perahu yang dipakai membelah lautan, adat memberikan penghormatan melalui pesta paledang atau seve motti. Peledang adalah istilah bahasa setempat yang berarti perahu para penikam ikan.

Selain tarian, tradisi ini juga dihangatkan oleh senandung lagu lokal. Para penikam ikan akan semakin berlipat keberaniannya, ketika terdengar lagu Ole Hau, Teti Timu Hau, Lagu-lagu Pelaut (Lie), serta Tonda Paus. Tak hanya membakar keberanian, lagu-lagu itu juga mengingatkan mereka untuk, sabar, mawas, dan hati-hati.

Pantai

Usai menyaksikan atraksi penangkapan Ikan Paus, wisatawan bisa menyusuri kenyamanan pantai. Di Lembata, terdapat beberapa pantai yang pantas disinggahi. Pantai-pantai itu, di antaranya, Pantai Waijarang dan Pantai Edam.

Pantai Waijarang terletak di Desa Waijarang, sedangkan Edam di Desa Merdeka-Tenareket. Dari ibukota Kabupaten, masing-masing berjarak sembilan kilometer. Di Teluk Tenatreket, wisatawan juga bisa menyempatkan diri menikmati taman bawah laut.

Beda

Perjalanan menelusuri Lembata belum berhenti setelah tiba di lautan Lamalera, pantai di bibir Teluk Tenatreket, serta Gunung Ile Ape. Masih ada tempat-tempat lain yang layak dikunjungi. Air panas Sabu Tobo, salah satunya.

Tiba di tempat ini, wisatawan akan merasakan sensasi berbeda dari Lamalera ataupun Ile Ape. Sumber Air Panas Alami Sabu Tobo terletak di Desa Bolibean, Kecamatan Nagawutun. Sabu Tobo dikelilingi oleh hutan tropis yang di dalamnya terdapat aliran sungai. Ujung aliran itu terhenti di Sabu Tobo. Kurang lebih 200 meter di sisi kiri jalan, wisatawan dapat berjumpa dengan mata air panas yang keluar dari tebing.

Tak jauh, juga ada semburan air panas yang mencuat melalui akar pepohonan. Selain sejuk dan menyegarkan, air Sabu Tobo juga bisa untuk melepas dahaga.